Kenapa Lagu Galau Masih Mendominasi Tangga Lagu Indonesia? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Lagu Galau
Lagu Galau

Jakarta Siapa yang tidak familiar dengan lagu-lagu galau? Musik dengan nuansa sedih, lirik patah hati, atau kisah kehilangan ini seolah tak pernah absen di tangga lagu Indonesia. Bahkan hingga pertengahan 2025, lagu-lagu bernuansa galau masih mendominasi daftar lagu terpopuler di berbagai platform musik digital.

Namun, pernahkah kamu bertanya-tanya, kenapa lagu galau begitu mudah merebut hati pendengar Tanah Air? Apakah ini sekadar tren, atau ada alasan psikologis di balik fenomena ini?

Musik Streaming Bawa Chart Musik Kembali Populer

Indonesia memang sempat kehilangan chart musik resmi seiring runtuhnya industri kaset dan CD fisik sejak awal 2010-an. Namun, kemunculan layanan streaming seperti Spotify, Apple Music, YouTube Music, hingga Resso menghidupkan kembali kultur tangga lagu.

Berdasarkan data Antara, konsumsi musik streaming di Indonesia terus meningkat pesat, bahkan tumbuh rata-rata 35% per tahun sejak 2019. Tidak heran, kini chart musik digital menjadi tolak ukur selera musik masyarakat, dan lagu galau terbukti konsisten berada di posisi atas.

Pantauan terbaru pada Spotify Top Songs Indonesia per 24 Juni 2025 menunjukkan setidaknya lima dari 10 lagu teratas memiliki tema galau, seperti:

✔️ “Mangu” Fourtwnty feat. Charita Utami, bercerita tentang kisah cinta yang terhalang perbedaan keyakinan.
✔️ “Bergema Sampai Selamanya” Nadhif Basalamah, menggambarkan harapan menjadi teman hidup seseorang.
✔️ “Serana” For Revenge, mengisahkan tentang kehilangan orang tercinta dan sulit melupakan.

Lalu, kenapa tema-tema sendu ini justru digemari? Jawabannya lebih dalam daripada sekadar tren musiman.

Alasan Ilmiah Musik Galau Validasi Emosi

Menurut penelitian Annemieke J.M. van den Tol dari De Montfort University, Inggris, musik galau memberikan ruang bagi pendengarnya untuk memvalidasi perasaan, mendapatkan penghiburan, hingga proses refleksi diri.

Dalam studinya berjudul The Appeal of Sad Music (The Arts in Psychotherapy, 2016), van den Tol menjelaskan, mendengarkan lagu sedih dapat membantu orang melewati masa-masa sulit dengan cara yang lebih sehat.

“Banyak orang secara sadar memilih musik sedih saat mengalami kesedihan, karena itu membantu mereka memahami situasi emosional mereka dan memberikan rasa nyaman,” tulis van den Tol.

Musik galau tidak hanya memfasilitasi ekspresi emosi, tetapi juga memungkinkan pendengar mencapai penerimaan atas peristiwa negatif yang mereka alami, mulai dari putus cinta, perpisahan, hingga kehilangan.

Generasi Z Lebih Sadar Emosi, Lebih Dekat dengan Musik Galau

Fenomena ini semakin kuat di kalangan Generasi Z, yakni mereka yang lahir di era digital dan sangat melek teknologi. Pakar psikologi musik Michael Bonshor, dalam riset bersama Spotify, menyatakan bahwa Gen Z lebih terbuka dalam mengenali dan mengekspresikan emosi mereka melalui musik.

“Generasi muda saat ini tidak hanya mendengarkan musik sebagai hiburan, tetapi juga sebagai alat refleksi, penyemangat, dan pelampiasan perasaan,” ujar Bonshor, dikutip dari Esquire.

Gen Z memanfaatkan kecanggihan layanan streaming untuk menyesuaikan musik dengan suasana hati mereka, dan lagu galau menjadi salah satu genre favorit untuk menemani momen sedih atau sekadar menenangkan pikiran.

Selain itu, ketukan irama yang lambat dan melodi yang lembut dari lagu galau terbukti memberi efek fisiologis positif, seperti memperlambat detak jantung dan pernapasan, sehingga membuat tubuh lebih rileks.

Musik Galau Tidak Harus untuk Orang Sedih

Menariknya, meski bertema sedih, lagu galau tidak selalu diputar oleh orang yang sedang patah hati. Banyak pendengar yang menikmati musik galau karena keindahan aransemennya, nuansa ketenangan yang ditawarkan, atau bahkan karena ingin merasakan “katarsis emosional”.

Bonshor juga menyebut, menyanyikan lagu sedih bersama bisa menjadi pelepasan emosi yang efektif. Hal ini menjelaskan mengapa karaoke atau konser musik galau selalu ramai peminat, tak peduli apakah mereka sedang mengalami masalah pribadi atau tidak.

Lagu Galau, Cerminan Budaya dan Psikologi Masyarakat

Dari perspektif psikologi hingga budaya pop, dominasi lagu galau di tangga lagu Indonesia bukanlah hal yang mengherankan. Musik dengan tema kehilangan, patah hati, atau perasaan sendu mampu membangun koneksi emosional yang kuat dengan pendengarnya.

Faktor psikologis, teknologi streaming, serta kecenderungan Gen Z yang lebih sadar akan perasaan mereka, semuanya menjadi penyebab mengapa lagu galau tetap merajai playlist masyarakat Indonesia.

Jadi, jika kamu sering memutar lagu galau, itu bukan berarti kamu lemah atau terlalu baper. Bisa jadi, itu adalah bagian dari cara sehat untuk memahami dan mengelola emosi diri.